Rabu, 07 November 2012

Range Of Motion (ROM)



Kadek Suwartana
NIM. C1112043
Stikes Bina Usada Bali


BAB I
PENDAHULUAN



1.1  Latar Belakang
           Range of motion ( ROM ) adalah gerakan dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan (Suratun, dkk, 2008).   Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).
           Latihan ROM biasanya dilakukan pada pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total.
           Selain berfungsi sebagai pertahanan atau dapat  memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal, lengkap, dan untuk meningkatkan massa otot serta tonus otot, ROM juga memiliki klasifikasi ROM, jenis ROM, indikasi serta kontraindikasi dilaksanakan ROM dan juga prinsip dasar dilakukan ROM. Untuk dapat mengetahui hal tersebut lebih lanjut maka dapat meninjau pembahasan pada makalah ini.

1.2  Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari makalah ini yakni untuk memenuhi tugas kelompok dalam ajaran Ilmu Keperawatan Dasar I (IKD I, dan untuk membantu memberi pengetahuan yang lebih kepada pembaca mengenai ROM (Range Of Motion) beserta latihan dasar ROM.



BAB II
PEMBAHASAN



2.1  Pengertian ROM (Range Of Motion)
        ROM ( Range of Motion) adalah jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh, yaitu sagital, transversal, dan frontal. Potongan sagital adalah garis yang melewati tubuh dari depan ke belakang, membagi tubuh menjadi bagian kiri dan kanan. Potongan frontal melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi bagian depan ke belakang. Potongan transversal adalah garis horizontal yang membagi tubuh menjadi bagian atas dan bawah.
        Mobilisasi sendi disetiap potongan dibatasi oleh ligamen, otot, dan konstruksi sendi. Beberapa gerakan sendi adalah spesifik untuk setiap potongan. Pada potongan sagital, gerakannya adalah fleksi dan ekstensi (jari-jari tangan dan siku) dan hiperekstensi (pinggul). Pada potongan frontal, gerakannya adalah abduksi dan adduksi (lengan dan tungkai) dan eversi dan inversi (kaki). Pada potongan transversal, gerakannya adalah pronasi dan supinasi (tangan), rotasi internal dan eksternal (lutut), dan dorsifleksi dan plantarfleksi (kaki).
        Ketika mengkaji rentang gerak, perawat menanyakan pertanyaan dan mengobservasi dalam mengumpulkan data tentang kekakuan sendi, pembengkakan, nyeri, keterbatasan gerak, dan gerakan yang tidak sama. Klien yang memiliki keterbatasan mobilisasi sendi karena penyakit, ketidakmampuan, atau trauma membutuhkan latihan sendi untuk mengurangi bahaya imobilisasi. Latihan tersebut dilakukan oleh perawat yaitu latihan rentang gerak pasif. Perawat menggunakan setiap sendi yang sakit melalui rentang gerak penuh.
Gerakan dapat dilihat sebagai tulang yang digerakkan oleh otot ataupun gaya eksternal lain dalam ruang geraknya melalui persendian. Bila terjadi gerakan, maka seluruh struktur yang terdapat pada persendian tersebut akan terpengaruh, yaitu: otot, permukaan sendi, kapsul sendi, fasia, pembuluh darah dan saraf.
        Pengertian ROM lainnya adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).

2.2  Tujuan ROM (Range Of Motion)
Adapun tujuan dari ROM (Range Of Motion), yaitu :
1.      Meningkatkan atau mempertahankan fleksibiltas dan kekuatan otot
2.      Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan
3.      Mencegah kekakuan pada sendi
4.      Merangsangsirkulasidarah
5.      Mencegahkelainanbentuk, kekakuandankontraktur

2.3  Manfaat ROM (Range Of Motion)
Adapun manfaat dari ROM (Range Of Motion), yaitu :
1.      Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan pergerakan
2.      Mengkaji tulang, sendi, dan otot
3.      Mencegah terjadinya kekakuan sendi
4.      Memperlancar sirkulasi darah
5.      Memperbaiki tonus otot
6.      Meningkatkan mobilisasi sendi
7.      Memperbaiki toleransi otot untuk latihan

2.4  Prinsip Latihan ROM (Range Of Motion)
Adapun prinsip latihan ROM (Range Of Motion), diantaranya :
1.      ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari
2.      ROM di lakukan berlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien.
3.      Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien, diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring.
4.      Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher, jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki.
5.      ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-bagian yang di curigai mengalami proses penyakit.
6.      Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi atau perawatan rutin telah di lakukan.

2.5  Jenis-jenis ROM (Range Of Motion)
ROM dibedakan menjadi duajenis, yaitu :
a.    ROM Aktif
          ROM Aktif yaitu gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien) dengan menggunakan energi sendiri. Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendiri secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien aktif). Keuatan otot 75 %.
          Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif. Sendi yang digerakkan pada ROM aktif adalah sendi di seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendri secara aktif.

b.    ROM Pasif
          ROM Pasif yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari orang lain (perawat) atau alat mekanik. Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal (klienpasif). Kekuatanotot 50 %.
          Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total (suratun, dkk, 2008).
          Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien. Sendi yang digerakkan pada ROM pasif adalah seluruh persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang terganggu dan klien tidak mampu melaksanakannya secara mandiri.



2.6  Indikasi dan Sasaran ROM
1.      ROM Aktif :
1.1  Indikasi :
a.       Pada saat pasien dapat melakukan kontraksi otot secara aktif dan menggerakkan ruas sendinya baik dengan bantuan atau tidak.
b.      Pada saat pasien memiliki kelemahan otot dan tidak dapat menggerakkan persendian sepenuhnya, digunakan A-AROM (Active-Assistive ROM, adalah jenis ROM Aktif yang mana bantuan diberikan melalui gaya dari luar apakah secara manual atau mekanik, karena otot penggerak primer memerlukan bantuan untuk menyelesaikan gerakan).
c.       ROM Aktif dapat digunakan untuk program latihan aerobik.
d.      ROM Aktif digunakan untuk memelihara mobilisasi ruas diatas dan dibawah daerah yang tidak dapat bergerak.

1.2  Sasaran :
a.       Apabila tidak terdapat inflamasi dan kontraindikasi, sasaran ROM Aktif serupa dengan ROM Pasif.
b.      Keuntungan fisiologis dari kontraksi otot aktif dan pembelajaran gerak dari kontrol gerak volunter.
c.       Sasaranspesifik:
·         Memelihara elastisitas dan kontraktilitas fisiologis dari otot yang terlibat
·         Memberikan umpan balik sensoris dari otot yang berkontraksi
·         Memberikan rangsangan untuk tulang dan integritas jaringan persendian
·         Meningkatkan sirkulasi
·         Mengembangkan koordinasi dan keterampilan motorik

2.      ROM Pasif
2.1  Indikasi :
a.       Pada daerah dimana terdapat inflamasi jaringan akut yang apabila dilakukan pergerakan aktif akan menghambat proses penyembuhan
b.      Ketika pasien tidak dapat atau tidak diperbolehkan untuk bergerak aktif pada ruas atau seluruh tubuh, misalnya keadaan koma, kelumpuhan atau bed rest total
2.2  Sasaran :
a.       Mempertahankan mobilitas sendi dan jaringan ikat
b.      Meminimalisir efek dari pembentukan kontraktur
c.       Mempertahankan elastisitas mekanis dari otot
d.      Membantu kelancaran sirkulasi
e.       Meningkatkan pergerakan sinovial untuk nutrisi tulang rawan serta difusi persendian
f.       Menurunkan atau mencegah rasa nyeri
g.      Membantu proses penyembuhan pasca cedera dan operasi
h.      Membantu mempertahankan kesadaran akan gerak dari pasien

2.7  Kontraindikasi dan Hal-hal yang harus diwaspadai pada latihan ROM
Kontraindikasi dan hal-hal yang harus diwaspadai pada latihan ROM
a.    Latihan ROM tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat mengganggu proses penyembuhan cedera.
·         Gerakan yang terkontrol dengan seksama dalam batas-batas gerakan yang bebas nyeri selama fase awal penyembuhan akan memperlihatkan manfaat terhadap penyembuhan dan pemulihan
·         Terdapatnya tanda-tanda terlalu banyak atau terdapat gerakan yang salah, termasuk meningkatnya rasa nyeri dan peradangan
b.    ROM tidak boleh dilakukan bila respon pasien atau kondisinya membahayakan (life threatening)
·         PROM dilakukan secara hati-hati pada sendi-sendi besar, sedangkan AROM pada sendi ankle dan kaki untuk meminimalisasi venous stasis dan pembentukan trombus
·         Pada keadaan setelah infark miokard, operasi arteri koronaria, dan lain-lain, AROM pada ekstremitas atas masih dapat diberikan dalam pengawasan yang ketat



2.8  Keterbatasan dalam Latihan ROM
a.    ROM Aktif
·           Untuk otot yang sudah kuat tidak akan memelihara atau meningkatkan kekuatan.
·           Tidak akan mengembangkan keterampilan atau koordinasi kecuali dengan menggunakan pola gerakan.

b.    ROM Pasif
ROM Pasif tidak dapat :
·         Mencegah atrofi otot
·         Meningkatkan kekuatan dan daya tahan
·         Membantusirkulasi

2.9  Macam-macam Gerakan ROM
Ada berbagai macam gerakan ROM, yaitu :
1.      Fleksi, yaitu berkurangnya sudut persendian.
2.      Ekstensi, yaitu bertambahnya sudut persendian.
3.      Hiperekstensi, yaitu ekstensi lebih lanjut.
4.      Abduksi, yaitu gerakan menjauhi dari garis tengah tubuh.
5.      Adduksi, yaitu gerakan mendekati garis tengah tubuh.
6.      Rotasi, yaitu gerakan memutari pusat dari tulang.
7.      Eversi, yaitu perputaran bagian telapak kaki ke bagian luar, bergerak membentuk sudut persendian.
8.      Inversi, yaitu putaran bagian telapak kaki ke bagian dalam bergerak membentuk sudut persendian.
9.      Pronasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan bergerak ke bawah.
10.  Supinasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan bergerak ke atas.
11.  Oposisi, yaitu gerakan menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada tangan yang sama.



2.10    Gerakan ROM Berdasarkan Bagian Tubuh
Menurut Potter & Perry, (2005), ROM terdiri dari gerakan pada persendian  sebaga berikut :
1.      Leher, Spina, Serfikal
Gerakan
Penjelasan
Rentang
Fleksi
Menggerakan dagu menempel ke dada,
rentang 45°
Ekstensi
Mengembalikan kepala ke posisi tegak,
rentang 45°
Hiperektensi
Menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin,
rentang 40-45°
Fleksi lateral 
Memiringkan kepala sejauh mungkin sejauh mungkin kearah setiap bahu,   
rentang 40-45°
Rotasi
Memutar kepala sejauh mungkin dalam gerakan sirkuler,
rentang 180°

2.      Bahu
Gerakan
Penjelasan
Rentang
Fleksi
Menaikan lengan dari posisi di samping tubuh ke depan ke posisi  di atas kepala,
rentang 180°
Ekstensi      
Mengembalikan lengan ke posisi di samping tubuh,
rentang 180°
Hiperektensi
Mengerkan lengan kebelakang tubuh, siku tetap lurus,
rentang 45-60°
Abduksi
Menaikan lengan ke posisi samping di atas kepala dengan telapak   tangan jauh dari kepala,
rentang 180° 
Adduksi
Menurunkan lengan ke samping dan menyilang tubuh sejauh mungkin,
rentang 320°
Rotasi dalam
Dengan siku pleksi, memutar bahu dengan menggerakan lengan sampai ibu jari menghadap ke dalam dan ke belakang,
rentang 90°
Rotasi luar
Dengan siku fleksi, menggerakan lengan sampai ibu jari ke atas dan samping kepala,
rentang 90°
Sirkumduksi
Menggerakan lengan dengan lingkaran penuh,
rentang 360°

3.      Siku
Gerakan
Penjelasan
Rentang
Fleksi
Menggerakkan siku sehingga lengan bahu bergerak ke depan sendi bahu dan tangan sejajar bahu,
rentang 150°
Ektensi
Meluruskan siku dengan menurunkan tangan,
rentang 150°

4.      Lengan bawah
Gerakan
Penjelasan
Rentang
Supinasi
Memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan menghadap ke atas,
rentang 70-90°
Pronasi
Memutar lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap ke bawah,
rentang 70-90°

5.      Pergelangan tangan
Gerakan
Penjelasan
Rentang
Fleksi
Menggerakan telapak tangan ke sisi bagian dalam lengan bawah,
rentang 80-90°
Ekstensi
Mengerakan jari-jari tangan sehingga jari-jari, tangan, lengan  bawah berada dalam arah yang sama,
rentang 80-90°
Hiperekstensi
Membawa permukaan tangan dorsal ke belakang sejauh mungkin,
rentang 89-90°
Abduksi
Menekuk pergelangan tangan miring ke ibu jari,
rentang 30°
Adduksi
Menekuk pergelangan tangan miring ke arah lima jari,
rentang 30-50°

6.      Jari- jari tangan
Gerakan
Penjelasan
Rentang
Fleksi
Membuat genggaman,
rentang 90°
Ekstensi
Meluruskan jari-jari tangan,
rentang 90°
Hiperekstensi
Menggerakan jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin,
rentang 30-60°
Abduksi
Mereggangkan jari-jari tangan yang satu dengan yang lain,
rentang 30°
Adduksi
Merapatkan kembali jari-jari tangan,
rentang 30°

7.      Ibu jari
Gerakan
Penjelasan
Rentang
Fleksi
Mengerakan ibu jari menyilang permukaan telapak tangan,
rentang 90°
Ekstensi
menggerakan ibu jari lurus menjauh dari tangan,
rentang 90°
Abduksi
Menjauhkan ibu jari ke samping,
rentang 30°
Adduksi
Mengerakan ibu jari ke depan tangan,
rentang 30°
Oposisi
Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada tangan yang sama.
-

8.      Pinggul
Gerakan
Penjelasan
Rentang
Fleksi
Mengerakan tungkai ke depan dan atas,
rentang 90-120°
Ekstensi
Menggerakan kembali ke samping tungkai yang lain,
rentang 90-120°
Hiperekstensi
Mengerakan tungkai ke belakang tubuh,
rentang 30-50°
Abduksi
Menggerakan tungkai ke samping menjauhi tubuh,
rentang 30-50°
Adduksi
Mengerakan tungkai kembali ke posisi media dan melebihi jika mungkin,
rentang 30-50°
Rotasi dalam  
Memutar kaki dan tungkai ke arah tungkai lain,
rentang  90°
Rotasi luar    
Memutar kaki dan tungkai menjauhi tungkai lain,
rentang 90°
Sirkumduksi
Menggerakan tungkai melingkar
-

9.      Lutut
Gerakan
Penjelasan
Rentang
Fleksi
Mengerakan tumit ke arah belakang paha,
rentang 120-130°
Ekstensi
Mengembalikan tungkai kelantai,
rentang 120-130°

10.  Mata kaki
Gerakan
Penjelasan
Rentang
Dorsifleksi
Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke atas,
rentang 20-30°
Plantarfleksi
Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke bawah, 
rentang 45-50°

11.  Kaki
Gerakan
Penjelasan
Rentang
Inversi
Memutar telapak kaki ke samping dalam,
rentang 10°
Eversi
Memutar telapak kaki ke samping luar,
rentang 10°

12.  Jari-Jari Kaki
Gerakan
Penjelasan
Rentang
Fleksi
Menekukkan jari-jari kaki ke bawah,
rentang 30-60°
Ekstensi
Meluruskan jari-jari kaki,
rentang 30-60°
Abduksi
Menggerakan jari-jari kaki satu dengan yang lain,
rentang 15°
Adduksi
Merapatkan kembali bersama-sama,
rentang 15°


2.11   Pemeriksaan Kekuatan Otot
          Pemeriksaan kekuatan otot dapat dilakukan dengan menggunakan pengujian otot secara manual ( manual muscle testing, MMT ). Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui kemampuan mengontraksikan kelompok otot secara volunteer. Lansia yang tidak mampu mengontraksiakan ototnya secara aktif dan volunteer, tidak tepat apabila diberikan MMT standar.
          Pemeriksaan kekuatan otot menggunakan MMT akan membantu penegakan diagnosis klinis, penentuan jenis terapi, jenis alat bantu yang diperlukan, dan prognosis. Penegakan diagnosis dimungkinkan oleh beberapa penyakit tertentu yang hanya menyerang otot tertentu pula. Jenis terapi dan alat bantu yang diperlukan oleh lansia juga harus mempertimbangkan kekuatan otot. Diharapkan program terapi dan alat bantu yang dipilih tidak menyebabkan penurunan kekuatan otot atau menambah beratnya penyakit lansia.

2.12   Proses Pelaksanaan MMT
1.     Lansia diposisikan sedemikian rupa sehingga otot mudah berkontraksi sesuai dengan kekuatannya. Posisi yang dipilih harus memungkinkan kontraksi otot dan gerakan mudah diobservasi.
2.     Bagian tubuh yang dites harus terbebas dari pakaian yang menghambat.
3.     Berikan penjelasan dan contoh gerakan yang harus dilakukan.
4.     Lansia mengontraksikan ototnya dan stabilisasi diberikan pada segmen proksimal.
5.     Selama terjadi kontraksi, gerakan yang terjadi diobservasi, baik palpasi pada tendon atau perut otot.
6.     Memberikan tahanan pada otot yang dapat bergerak dengan luas gerakan sendi penuh dan dengan melawan gravitasi.
7.     Melakuakan pencatatan hasil MMT

2.13   Kriteria hasil pemeriksaan MMT
1.     Normal (5) mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh, melawan gravitasi, dan melawan tahanan maksimal.
2.     Good (4) mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh, melawan gravitasi, dan melawan tahanan sedang (moderat).
3.     Fair (3) mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh dan melawan gravitasi tanpa tahanan.
4.     Poor (2) mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh tanpa melawan gravitasi.
5.     Trace (1) tidak ada gerakan sendi, tetapi kontraksi otot dapat dipalpasi
6.     Zero (0) kontraksi otot tidak terdeteksi dengan palpasi



BAB III
PENUTUP


3.1  Kesimpulan
        ROM harus dilaksanakan secara berulang, perlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien. Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien, diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring.
        Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher, jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki. ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-bagian yang di curigai mengalami proses penyakit serta harus sesuai waktunya.
        Selain daripada yang telah disebutkan diatas, ROM dilakukan juga harus memperhatikan tujuan, manfaat, indikasi, serta kontraindikasinya agar tidak terjadi suatu hal yang tidak diinginkan pada pasien lebih lanjut.

3.2  Saran
Berdasarkan makalah yang kami buat ini, kami dapat menyarankan ke semua Pelayan Kesehatan khususnya perawat untuk lebih dapat mengetahui, memahamitentang ROM  beserta semua prinsip, indikasi dan kontraindikasinya agar mampu menjadi pertimbangan dalam penerapannya di dunia kesehatan.



DAFTAR PUSTAKA

Potter, Patricia A. & Perry, Anne Griffin (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4. Jakarta: EGC

Warfield, Carol . 1996 . Segala Sesuatu yang Perlu Anda Ketahui Terapi Medis . Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.

Depkes RI, 1995. Penerapan Proses Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta. Bakti Husada.